.jpeg&w=3840&q=75)
.jpeg&w=3840&q=75)
Islam
Tadabbur Ramadan Season 2
Tadabbur Ramadan adalah serial yang mengajak kita untuk merenung di bulan suci Ramadan. Di Season 2, kamu akan mendengar kisah para tokoh perempuan sepanjang sejarah Nusantara yang dinarasikan oleh para ulama perempuan yang tergabung dalam JaringaTadabbur Ramadan adalah serial yang mengajak kita untuk merenung di bulan suci Ramadan. Di Season
Di bulan Ramadan kali ini, Sinta Nuriyah tak absen mengadakan Sahur keliling. Kegiatan ini telah dilakoninya sejak tahun 2000, ketika suaminya Abdurahman Wahid alias Gus Dur masih menjadi Presiden keempat Indonesia. Di usianya yang senja, tak redup semangatnya memberikan tausiyah soal betapa pentingnya islam rahmatan lil ‘alamin di negeri yang majemuk ini. Dia paham betul bagaimana agama yang dipolitisasi berdampak buruk terhadap perempuan dan kaum minoritas.Pemikirannya yang kritis juga melahirkan narasi baru yang mendorong pembicaraan soal kesetaraan gender di lingkup pesantren dan komunitas masyarakat Islam pada umumnya lewat kajian kritis atas kitab kuning. Buku itu membongkar ajaran agama yang telanjur diyakini banyak orang selama lebih satu abad.Simak kisah Sinta Nuriyah, legenda hidup sosok perempuan yang merawat toleransi, pejuang hak perempuan dan kelompok rentan, dibawakan Emma Rahmawati, Koordinator Gusdurian Jombang, Pengasuh di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah “Khoiriyah Hasyim”, Seblak, Jombang, sekaligus simpul Rahima Jawa Timur dan anggota Jaringan KUPI.Tadabbur berarti merenungkan atau memerhatikan dengan seksama dan mendalam. Pada Season 2 Tadabbur Ramadan ini, kamu akan mendengar kisah para perempuan pejuang di Nusantara yang dinarasikan oleh para ulama perempuan yang tergabung dalam KUPI. Para tokoh ini bukan saja telah berjuang melawan kolonial tapi juga penjajahan atas hak-hak perempuan di masanya, sekaligus memberi kontribusi pada perkembangan Islam Nusantara.Tadabbur Ramadan adalah produksi Magdalene.co, bekerjasama dengan KUPI, dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Kunjungi Magdalene.co dan follow MagdaleneID di Instagram, TikTok, Facebook, Twitter dan YouTube.
“Swargo Nunut, Neroko Katut”.Ke surga ikut, ke neraka terbawa.Pepatah Jawa ini cukup terkenal dan seringkali digunakan untuk menasehati perempuan agar patuh pada suami. Sebab jika seorang suami masuk surga maka istrinya juga akan masuk surga, jika suami masuk neraka maka istrinya juga akan ikut.Namun itu tak berlaku bagi Nyai Walidah. Menurutnya pemahaman yang demikian itu justru bertolak belakang dengan Al Quran. Perempuan menurutnya juga mesti sama berilmu dengan laki-laki.Istri K.H Ahmad Dahlan ini tekun mengajari para buruh di Kauman dengan ilmu agama, membaca, dan menulis. Dia juga mendirikan perkumpulan pengajian perempuan bernama Sopo Tresno. Perkumpulan ini rutin mengadakan pengajian yang membahas ayat-ayat al-Quran dan Hadits. Khususnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban perempuan. Sejak itu banyak perempuan di Kauman mulai memahami hak-haknya dan di antara mereka turut menentang kawin paksa. Pada 1917 pendirian organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah, resmi dilakukan, dan berkembang pesat di nusantara hingga kini.Simak kisah Siti Walidah yang dibawakan Ninin Karlina, Anggota Majelis Pembinaan Kader Pimpinan Pusat Aisyiyah, sekaligus Simpul Rahima dan Jaringan KUPI Jawa Tengah.Tadabbur berarti merenungkan atau memerhatikan dengan seksama dan mendalam. Pada Season 2 Tadabbur Ramadan ini, kamu akan mendengar kisah para perempuan pejuang di Nusantara yang dinarasikan oleh para ulama perempuan yang tergabung dalam KUPI. Para tokoh ini bukan saja telah berjuang melawan kolonial tapi juga penjajahan atas hak-hak perempuan di masanya, sekaligus memberi kontribusi pada perkembangan Islam Nusantara.Tadabbur Ramadan adalah produksi Magdalene.co, bekerjasama dengan KUPI, dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Kunjungi Magdalene.co dan follow MagdaleneID di Instagram, TikTok, Facebook, Twitter dan YouTube.
“Jangan meminta jatah atau keistimewaan karena kodrat perempuan kita. Tapi, kita harus menuntutnya jika memang layak untuk kita.”Prinsip itu dipegang teguh Asmah Syahruni, perempuan pejuang lintas zaman. Dia adalah guru di masa kolonial dan pendudukan Jepang. Lalu, menjadi anggota DPR periode 1955-1965. Asmah juga memimpin Muslimat Nahdatul Ulama dan menjadi satu dari lima perempuan generasi pertama politisi perempuan di kalangan NU.Sepanjang hidupnya dia mendorong dan menyuarakan agar perempuan dapat berkontribusi dengan leluasa di berbagai bidang. Termasuk di dunia politik dan juga menjadi seorang pemimpin.Simak kisah Asmah Syahruni yang dibawakan Pera Sopharianti, Direktur perhimpunan Rahima, Salah satu inisiator Kongres Ulama Perempuan Indonesia KUPI dan anggota majelis musyawarah KUPI.*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Pada masa penjajahan tidak mudah bagi perempuan mengakses pendidikan. Ruang geraknya pun banyak dibatasi dalam kehidupan sosial di masyarakat. Namun kondisi itu tak menyurutkan langkah Rahmah El Yunusiah, perempuan berusia 23 tahun, untuk membangun sekolah perempuan di kawasan kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Ini adalah sekolah khusus perempuan pertama yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Pada saat Diniyah Putri didirikan 1 November 1923, muridnya baru 71 orang. Sebagian besar adalah ibu usia muda. Banyak tantangan yang mesti dilalui Rahmah untuk mempertahankan keberlangsungan diniyah. Bukan saja karena pembatasan hak-hak perempuan oleh pemerintah kolonial, tapi juga masih kuatnya anggapan bahwa perempuan tidak perlu bersekolah.
Simak kisah Rahmah El Yunusiah yang dibawakan Siti Nurkholilah, Alumni Pengkaderan Ulama Perempuan Muda Jawa Barat, Simpul Ulama Perempuan Muda Jawa Barat Kabupaten Bekasi, Alumni Program Pendidikan Kader MUI Kabupaten Bekasi, dan anggota Jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia, KUPI.
Tadabbur berarti merenungkan atau memerhatikan dengan seksama dan mendalam. Pada Season 2 Tadabbur Ramadan ini, kamu akan mendengar kisah para perempuan pejuang di Nusantara yang dinarasikan oleh para ulama perempuan yang tergabung dalam KUPI. Para tokoh ini bukan saja telah berjuang melawan kolonial tapi juga penjajahan atas hak-hak perempuan di masanya, sekaligus memberi kontribusi pada perkembangan Islam Nusantara.
Tadabbur Ramadan adalah produksi Magdalene.co, bekerjasama dengan KUPI, dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Kunjungi Magdalene.co dan follow MagdaleneID di Instagram, TikTok, Facebook, Twitter dan YouTube.

Opu Daeng Risadju, Penggerak Anti Penjajahan
25 Mar 2024
Opu Daeng Risadju adalah gelar yang diberikan kepada Famajjah. Perempuan yang mewarisi darah bangsawan Kerajaan Luwu itu lantang menyuarakan propaganda anti penjajahan hingga menempatkan dirinya sebagai ancaman bagi Belanda.Kisah perjuangan Famajjah mengingatkan kita pada sejarah perkembangan Islam yang dan peran para perempuan di dalamnya, termasuk Khadijah binti Khuwailid dan Asma binti Abu Bakar. Tak hanya itu, dalam medan peran, peran para sahabat juga menonjol. Di antara nama yang berjuang pada garis depan adalah Nusaibah binti Ka’ab atau Ummu Imarah Al-Anshariyyah.Simak kisah Opu Daeng Risadju yang dibawakan Ratna Ulfatul Fuadiyah, Pengasuh Pondok Pesantren MDQ Nur Iman, Purworejo, Jawa Tengah yang juga anggota jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia, KUPI dan simpul Rahima.Tadabbur berarti merenungkan atau memperhatikan seksama dan mendalam. Pada Season 2 Tadabbur Ramadan ini, kamu akan mendengar kisah para perempuan pejuang di Nusantara yang dinarasikan oleh para ulama perempuan yang tergabung dalam KUPI. Para tokoh ini bukan saja telah berjuang melawan kolonial tapi juga penjajahan atas hak-hak perempuan di masanya, sekaligus memberi kontribusi pada perkembangan Islam Nusantara.*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id