Awards
BEST INNOVATIVE DIGITAL PRODUCT
WAN-IFRA DIGITAL MEDIA AWARDS ASIA 2024
Podcast Image
Podcast Image
Storytelling
JUBIR SATWA
Dalam setiap peradaban, hubungan manusia dengan satwa itu cukup lekat. Kalau dalam masa kerajaan, sa
advertisement
Pohon sialang yang menjulang tinggi di Taman Nasional Tesso Nilo amat mengenal Rahman, begitu pun seluruh penghuni hutan lainnya. Setiap hari ia melihat Rahman bersama mahoutnya berpatroli, mengamankan kawasan dari ancaman konflik. Sayangnya, pohon sialang yang bijaksana itu terlelap di saat yang genting. Entah apa yang terjadi pada malam hari, Rahman ditemukan tak berdaya di pagi hari. Pohon sialang lalu melihat tim medis datang berduyun-duyun berupaya menyelamatkan Rahman. Namun, sayang, kehidupannya memang tak lagi bertahan lama. Penghuni hutan bersedih dan geram saat mendengar ada racun di tubuh Rahman. Mereka berjanji akan terus menuntut keadilan, entah sampai kapan.***Kematian Kapten Rahman, gajah jinak asuhan Taman Nasional Tesso Nilo menohok banyak pihak. Bagaimana tidak, gajah yang berjasa itu malah mati di kawasan yang ia jaga selama puluhan tahun. Kejadian nahas ini menggerakkan Chicco Jerikho, seorang aktor sekaligus aktivis lingkungan dan satwa liar. Bersama banyak pihak, termasuk gerakan #ForGajahRahman, ia tak lelah mengingatkan pengusutan kasus gajah Rahman. Jika kematian Rahman saja tak mampu diusut, bagaimana nasib gajah-gajah lain yang bahkan tak punya nama? Simak dialog selengkapnya dalam Jubir Satwa bersama Chicco Jerikho!*Kami juga ingin mendengar saran dan komentarmu tentang podcast ini, jangan lupa mention instagram @kbrprime.id dan @pembelasatwaliar ya!
Namaku Rhina, si badak jawa betina. Aku adalah satwa paling langka di dunia! Rhina berdendang ceria di hari yang terik, menuju kubangan yang akan membuat badannya teduh dan bersih. Pucuk-pucuk daun dan ranting juga sudah memanggilnya, tak sabar untuk dicicipi. Gemerisik asing tiba-tiba masuk ke telinga mungilnya. Rhina waspada sejenak, tetapi tak melihat apapun yang membahayakan. Siang yang tenang, tiba-tiba berubah mencekam. Desing itu ia dengar sesaat sebelum luka menembus kulit tebalnya! Cula kebanggaan hilang, dibawa lari. Sementara, kepada keadilan jasadnya menanti.***Geger berita pemburu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) santer terdengar pada 2024. Para pemburu dan penadah cula badak jawa diringkus, meja hijau pundigelar. Berita ini menjadi kehilangan besar bagi dunia konservasi, apalagi jika berbicara satwa paling langka di dunia yang hidup di habitat terakhir, Ujung Kulon. Di lain sisi, Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK) Ardi Andono sibuk berbenah. Dalam setahun kepemimpinannya di BTNUK, ia memperbarui sistem penghitungan populasi badak jawa hingga sistem patroli. Ia berharap, “Kampung Pemburu Badak” bisa berubah menjadi “Kampung Ramah Badak”.*Kami juga ingin mendengar saran dan komentarmu tentang podcast ini, jangan lupa mention instagram @kbrprime.id dan @pembelasatwaliar ya!
Mencari makan dan membuat sarang, riuh suara satwa di hutan, serta dahan yang kupegang untuk bergelantungan. Aku ingat hari itu. Hari saat aku bersemangat mengajak mama bertani. Makan, menjatuhkan bijinya, lalu ia tumbuh menjadi kehidupan baru. Namun, yang terjadi kemudian adalah petaka: suara tembakan, tubuh dirampas, dan gelap. Kawan, ini tidak hanya terjadi padaku.***Memiliki kemiripan yang sangat tinggi dengan manusia, manusia berpikir para primata non-manusia dapat diperlakukan sama: Diberi pakaian, digantikan popok, mandi air hangat, makan di piring dengan menu-menu manusia. Hampir dapat dipastikan, hulu dari adegan-adegan pemeliharaan satwa itu adalah perburuan lalu perdagangan. Episode kali ini, Jubir Satwa akan berdialog dengan Davina Veronica, seorang aktivis yang giat menyebarkan isu satwa liar. Davina akan bercerita bagaimana peliknya kasus perdagangan non-human primate hingga pengalamannya mengikuti proses lepas liar yang mengharukan. *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Tantan pikir hutan adalah ruang spesial, tak terjamah siapa pun kecuali dirinya, ibunya, dan beberapa orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) lain yang pernah dilihatnya dari kejauhan. Tantan pikir pohon adalah rumah, tempatnya bebas membuat sarang setiap hari, lengkap dengan makanan yang menyembul di balik dedaunannya. Lalu, ke mana pun ia pergi, ibunya tak lepas dari pandangan mata. Namun, semua patah saat getaran itu muncul. Semakin lama, getaran itu semakin dekat dan kuat. “Ini lebih berbahaya dari gangguan hewan pemangsa,” kata ibu Tantan lirih. Sedetik kemudian, hutan tidak lagi sama.**Deforestasi bukan lagi isu baru, tetapi bukannya kapok, negara kita malah terkesan ketagihan menggunduli hutan. Izin diobral, lantas alat berat menjadi keranjingan bekerja.Kalimantan adalah paru-paru dunia. Tetapi kini, 35 ribu hektare hutan dibabat demi kepentingan sebuah perusahaan. Sebuah laporan yang diterbitkan oleh koalisi pengamat lingkungan mengungkap, lebih dari 64 persen konsesi PT Mayawana Persada secara resmi diakui sebagai habitat orangutan.Dalam dialog kali ini, kita akan berbincang dengan Riszki Is Hardiyanto, seorang Peneliti Spesies di Auriga Nusantara untuk mengulik bagaimana deforestasi merampas kehidupan ‘Tantan’ dan masyarakat sekitar.*Kami juga ingin mendengar saran dan komentarmu tentang podcast ini, jangan lupa mention instagram @kbrprime.id dan @pembelasatwaliar ya!
Sejak kecil Moly, Tan, dan Che mendengar kisah tentang Nusantara, sebuah destinasi migrasi yang melimpah makanannya dan hangat suhunya. Saat yang mereka tunggu tiba! Tahun ini tiga anak elang-alap cina (Accipiter soloensis) itu akan ikut bermigrasi untuk menghindari musim dingin yang terlalu menggigit. Dengan semangat mereka mengepak sayap dan sesekali melayang atau disebut soaring, hingga sampailah ke Nusantara... Sayangnya, kecewa justru timbul setelah mereka tiba di Nusantara. Apa yang sebenarnya terjadi?**Dongeng berjudul "Legenda Nyata Nusantara" ini dibawakan oleh Kak Rati Maya, seorang seniman yang kerap mengangkat isu satwa liar dalam berbagai penampilannya. Dalam episode perdana ini, Jubir Satwa berbincang dengan Kak Rati tentang perjalanannya menyampaikan pesan konservasi lewat dongeng. Yuk, simak dongeng dan dialog Jubir Satwa kali ini! *Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
advertisement
Podcast Lainnya