
“Jangan meminta jatah atau keistimewaan karena kodrat perempuan kita. Tapi, kita harus menuntutnya jika memang layak untuk kita.”
Prinsip itu dipegang teguh Asmah Syahruni, perempuan pejuang lintas zaman. Dia adalah guru di masa kolonial dan pendudukan Jepang. Lalu, menjadi anggota DPR periode 1955-1965. Asmah juga memimpin Muslimat Nahdatul Ulama dan menjadi satu dari lima perempuan generasi pertama politisi perempuan di kalangan NU.
Sepanjang hidupnya dia mendorong dan menyuarakan agar perempuan dapat berkontribusi dengan leluasa di berbagai bidang. Termasuk di dunia politik dan juga menjadi seorang pemimpin.
Simak kisah Asmah Syahruni yang dibawakan Pera Sopharianti, Direktur perhimpunan Rahima, Salah satu inisiator Kongres Ulama Perempuan Indonesia KUPI dan anggota majelis musyawarah KUPI.
*Kami ingin mendengar saran dan komentar kamu terkait podcast yang baru saja kamu simak, melalui surel ke podcast@kbrprime.id
Komentar
Loading...



