Awards
BEST INNOVATIVE DIGITAL PRODUCT
WAN-IFRA DIGITAL MEDIA AWARDS ASIA 2024
Podcast Image
Podcast Image
Engaging conversation
WAKUNTJAR (Waktuku dengan patjar)
Ada cerita di balik setiap tulisan dan ada topik di balik setiap cerita. Bersama penulis-penulis
advertisement
Tubuh selalu diperdagangkan dengan banyak cara. Industri kesehatan, kecantikan, dan hiburan seperti kompak bersatu padu menyuarakan bagaimana tubuh yang ideal. Kurus salah, gemuk juga salah. Kulit putih dibilang pucat, kulit gelap dibilang kurang kesat. Tubuh tak habis-habisnya jadi bahan eksploitasi serta dihadirkan lewat narasi-narasi yang menerbitkan kecemasan dan perasaan tidak nyaman terhadap empunya diri. Amalia Yunus, penulis Bagaimana Cara Mengurangi Berat Badan--novel yang memenangkan Juara Kedua Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2021 dan Murni A. Ridha membicarakan isu bentuk tubuh itu dalam #wakuntjar episode 5. Persoalan-persoalan tak terlihat di balik angka timbangan, termasuk standar ganda dan sikap-sikap bias di masyakat, juga kebijakan pemerintah yang katanya mendukung kesehatan masyarakat.
Yanusa Nugroho dan Lia Kusumawardani bercengkerama dengan riang, membicarakan hidup yang bisa ditempuh dengan cara biasa-biasa saja. "Santai saja merespons prestasi gemilang yang dibagikan kawanmu di media sosial, tak perlu terganggu oleh tetangga yang hobi beradu capaian," kalau kata Yanusa. Itulah yang membuatnya memilih Karna, tokoh yang boleh dibilang biasa-biasa saja dalam semesta wayang, sebagai tokoh utama dalam novelnya Pohon Purba Berdahan Pelangi Berdaun Bintang. Dalam #wakuntjar episode 4, perbincangan Yanusa dan Lia juga menyenggol perkara-perkara eksternal. Mulai dari media massa yang terus menciptakan standar kesuksesan hingga tuntutan dari orang tua untuk menjadi manusia besar. Mengapa menjadi manusia biasa perlu kematangan luar biasa? Dengarkan obrolan keduanya. Mungkin kita akan memaknai cukup sebagai sesuatu yang istimewa dalam hidup.
Sayyidatul Imamah dan Sophia Mega berbincang ihwal kehidupan perempuan, bagaimana keduanya bertahan dari tantangan yang membentang di segala penjuru; norma, adat, agama, atau sekadar bisik-bisik tetangga. Sayyidatul Imamah menuliskan kisah pelik itu dalam Mata Kecoak, sementara Sophia Mega mengurai pengalamannya dalam Anatomi Perasaan Ibu. Kedua buku ini membahas isu perempuan dengan sentuhan yang personal. Namun, dalam #wakuntjar episode 3, mereka tidak saja bicara soal kepelikan kaum perempuan, tetapi juga mendedah bagaimana cara keluar dari situasi itu. Mulai dari keberanian berekspresi hingga akses terhadap pengetahuan. Mengapa mereka merasa isu perempuan penting untuk dituliskan? Ikuti kisah Sayyidatul Imamah dan Sophia Mega di wakuntjar episode 3.
Yusi Avianto dan Nuran Wibisono mengobrol tentang cerita-cerita yang mereka temukan di perjalanan, yang mendorong mereka menulis kisah-kisahnya. Yusi Avianto menulis Pengantin-pengantin Loki Tua, sedang Nuran menulis Selama Ada Sambal Hidup akan Baik-baik Saja. Benang merah yang mengikat kedua buku ini tentu saja makanan. Namun, dalam #wakuntjar episode 2, Yusi dan Nuran tidak hanya bicara soal seru-seru petualangan dan kenikmatan mencicipi makanan di tanah asing, mereka juga bicara soal tulisan-tulisan perjalanan. Mulai dari Jules Verne sampai Che Guevara. Mengapa mereka memilih melakukan perjalanan? Apa yang sebenarnya mereka bawa pulang dari perjalanan dan apa benar perjalanan bisa mengubah seseorang? Ikuti kisah Yusi dan Nuran di podcast wakuntjar episode 2.
Memulihkan luka batin bukan perkara mudah, tapi juga tak musykil dilakukan. Prosesnya pelan-pelan dan sangat khas bagi masing-masing individu. Alexander Thian menuliskan perjalanan itu lewat bab-bab di bukunya "Pulang Pergi: Yang Dibawa dan Ditinggalkan". Lalu, bersama Alvin Agastia Zirtaf sebagai kawan ngobrol, Alex membuka beberapa lembar halaman hidup dan berbagi luka masa lalunya agar kita semua bisa belajar bersama. Kami ingin mendengar komentar juga masukan dari patjarboekoe melalui instagram @patjarmerah_id atau surel ke renjana@patjarmerah.com.
advertisement
Podcast Lainnya